Monthly Archives: April 2014

Limbah dan Sampah Menjadi “Emas” (tulisan lomba essay yang enggak menang ho ho ho :D)

Standard

Limbah dan Sampah Menjadi “Emas”

Oleh : Rahma Dewi

 

 

  1. Potensi  Sampah

Pertambahan jumlah penduduk tentunya berbanding lurus dengan volume limbah yang dihasilkan, baik itu limbah padat dan limbah cair, dan hal tersebut menjadi sebuah permasalah tersendiri bagi pemerintah. Penangan masalah ini sebenarnya lebih kepada perencanaan yang matang dalam sebuah sistem pengolahan sampah yang jika dilakukan dengan displin dan profesional maka limbah-limbah tersebut menjadi sebuah potensi yang memberi manfaat besar bagi kehidupan masyarakat dan pemerintah.

Menjadikan limbah sebagai sebuah produk baru dan kembali menjadi sumber kehidupan tentunya dimulai dengan memahami karakteristik, kandungan limbah, estimasi produk dan hasil samping dengan sistem proses yang ideal, ramah lingkungan dan ekonomis. Kriteria tersebut tentunya dimulai dari sumber daya manusia yang memadai, teknologi yang mendukung dan tentunya suport positif dari pemerintah.

 

akan dijabarkan secara umum tentang sumber limbah dan produk-produk yang memungkinkan untuk dihasilkan dan akan memberikan manfaat sebagai sumber salah satu kebutuhan dan energi bagi manusia. Dari bagan yang terlihat bahwa sebenarnya setiap sampah mempunyai potensi untuk menjadi sumber-sumber kebutuhan primer masyarakat, Sebut saja limbah cair domestik, jika asumsi 200 juta masyarakat Indonesia menghasilkan limbah domestik 1 liter perhari, maka ada 200 juta liter perhari limbah yang dihasilkan penduduk Indonesia, tentu saja ini bukan jumlah yang kecil, jika pemerintah dan para teknokrat bersatu menjadikan limbah ini sebuah potensi, bukankah ianya layak dikatakan sumber daya alam?

 

Lihat juga pada bagian kolom limbah organik, dengan asumsi jumlah penduduk yang sama, kita bisa membayangkan bahwa kita bisa menghasilkan tumbuhan organik yang sehat bagi masyarakat, bukan kah itu juga sumber daya alam?, belum lagi sampah anorganik, lihat pada kolom limbah plastik yang bisa diolah menjadi bbm, bbm adalah sumber daya alam yang kebutuhan nya adalah 1,2 juta liter perhari oleh masyarakat Indonesia, menjadikan plastik sebagai sumber bbm bukankah ini peluang emas, bagi pemerintah dan kaum pihak wiraswasta yang sekaligus membantu pemerintah menjaga lingkungan.

Gambar 1

 

  1. Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah?

Semuanya tentu berawal kepada niat dan ketegasan pemerintah melalu sistem perundang-undangan serta rencana jangka panjang terhadap kesinambungan kehidupan masyarakat yang ideal dengan terpenuhinya kondsi lingkungan yang terawat dan kebutuhan akan sumber energi yang memadai dan tercukupkan, adapun langkah-langkah awal yang harus diterapkan agar tetap terjaganya lingkungan dengan memanfaatkan sampah sebagai sumber energi adalah:

 

  1. Persiapan SDM, dan plan tata kota yang tepat.

Dalam kuliah umum yang dilakukan oleh Prof Maine Pieter Van Dijk pada peringatan hari air sedunia 2014 di Unesco, Delft. Beliau mengatakan dengan gamblang bahwa mega proyek Garuda adalah proyek yang sangat complicated, mengapa? Karena semuanya berawal dari berantakkannya sistem tata kota dan lingkungan yang membuat sistem pembuangan limbah cair tidak jelas muaranya, sehingga dengan pertambahan jumlah penduduk permasalahn semakin komplek. Indonesia bukan hanya Jakarta, kota-kota lain dengan jumlah penduduk yang relatif masih sedikit harusnya menjadikan Jakarta sebagai sebuah pelajaran berharga akan pentingnya sistem pembuangan air limbah, sistem pengolahan air limbah dan sistem pengelolaan sampah disetiap kota dan wilayah.

 

  1. Edukasi masyarakat akan kebersihan lingkungan bekerja sama dengan media.

Sekitar dua puluh lima tahun lalu Jakarta jauh lebih baik dari pada Bangkok, saat Indonesia sudah memiliki bandara Soekarno Hatta yang moderen, Bangkok masih dengan bandara yang kumuh dan sesak di DonMuang, saat itu para birokrat dan ahli sudah memperkirakan bahwa Jakarta dan kota-kota padat lain di Indonesia harus secepatnya mempersiapkan sistem trasnportasi dan tata air secepatnya, namun dengan kondisi politik dan edukasi masyarakat yang tidak stabil, maka saat ini justru Indonesia jauh kalah tertinggal dengan Thailand, dalam kasus ini Thailand dan Bangkok dibuat perbandingan karena merupakan sama-sama negara yang memiliki luas lebih besar dan banyak kota didalam negara tersebut. Lalu apa yang dilakukan pemerintah Thailand untuk mengejar ketertinggalan tersebut? Yatu mereka melatih Disiplin akan kebersihan serta mengedukasi tentang pemilahan jenis sampah. Di negara-negara Eropa sistem pemisahan tempat pembuangan sampah terdiri dari 4 – 5 jenis sedangkan Indonesia masih dalam konteks tempat sampah, atau paling tidak dibeberapa kota ada pemilahan antara organik dan anorganik.

 

  1. Disiplin dan profesional melalui pemberlakukan undang-undang yang tegas.

Masyarakat Indonesia jika berkunjung kenegara tetangga bisa menjadi seorang pribadi yang taat aturan, tidak berani membuang puntung rokok sembarangan, tidak berani membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya, semuanya dengan alasan takut didenda, memang mungkin sudah karakter manusia pada umumnya bahwa hukuman yang berat akan menjadi efek jera, setelah pemerintah membuat plan, sistem, menyiapkan dana, dan tenaga ahli, maka sebari mengedukasi,

pemerintah harus membuat undang-undang yang tegas akan kebiasaan masyarakat agar mau proaktif dalam menunjang sistem pemilahan sampah agar mempermudah pemerintah atau perusahaan yang bekerjasama dengan pemerintah untuk penanganan kebersihan menjadi lebih sistematis dan efisien.

Tiga langkah diatas yang harus segera dilakukan kota-kota lain selain Jakarta, karena permasalahan akan sangat komplek nantinya jika langkah tersebut tidak segera dilakukan. Untuk kasus Jakarta tentunya sistem penangan tidak akan jauh melenceng dari tiga tahapan diatas, hanya saja waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kemungkinan menjadikan sampah sebagai komoditi sumber daya alam akan mengalami keterlambatan karena kondisi yang kompleks dan rumit.

  1. Kesimpulan

Melihat sampah sebagai dari sudut pandang yang lebih luas dengan modal ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan modal utama yang harus dikuasi oleh setiap negara atau daerah namun ianya tidak akan banyak bermanfaat jika para pengambil kebijakan tidak memiliki visi keberlangsungan masa depan lingkungan dan masyarakat. Semoga kedepan langkah-langkah kebijakan terhadap kepedulian lingkungan dan sistem pengolahan sampah lebih baik lagi, diharapkan juga agar pemerintah memberikan ruang yang lebih positif terhadap para wiraswasta yang memiliki usaha dibidang penanganan lingkungan dan recycle.